ANALISIS KINERJA SIMPANG DAN BIAYA KEMACETAN (STUDI KASUS : SIMPANG TUGU PANCORAN)
DOI:
https://doi.org/10.54564/jtsa.v20i1.64Keywords:
simpang, kemacetan, tundaan, biayaAbstract
Persimpangan jalan merupakan tempat arus lalu lintas dari dua ruas jalan atau lebih bertemu, Pada umumnya pertemuan arus ini akan menyebabkan konflik sehingga seringkali terjadi kemacetan yang berimbas pada biaya kemacetan yang di tanggung pengendara, dan juga terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu dibutuhkan sistem pengendalian simpang untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja simpang sehingga dapat menekan biaya kemacetan yang terjadi. Tujuan dari Proyek Akhir ini untuk membantu menyelesaikan permasalahan kemacetan dan biaya kemacetan yang terjadi pada Simpang Tugu Pancoran. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari penelitian terdahulu dan data primer yang diperoleh melalui survey lapangan. Metode yang digunakan untuk analisa kinerja simpang adalah dengan menggunakan metode MKJI 1997 dan untuk analisa biaya kemacetan menggunakan metode LAPI ITB 1996. Kinerja simpang pada kondisi eksisting dapat di katakan cukup jenuh hal ini ditunjukan dengan tundaan yang terjadi sebesar 298.44 (det/smp) dimana kinerja simpang pada kondisi eksisting berada pada kategori “F” atau buruk sekali dan biaya kemacetan yang terjadi sebesar Rp. 27.067.829.082/tahun. Sebagai alternatif solusi 1 untuk meningkatkan kinerja simpang dilakukan perencanaan ulang waktu siklus dari 4 fase pada kondisi eksisting menjadi 2 fase, berdasarkan hasil analisa terjadi penurunan tundaan menjadi 17.78 (det/smp) dan biaya kemacetan menjadi Rp. 24.417.421.214/ tahun dengan tingkat pelayanan simpang menjadi ”C” atau cukup. Kemudian dilakukan analisa batas layan simpang dengan menggunakan alternatif 1 didapatkan bahwa simpang mampu bekerja secara optimum selama dua tahun kedepan dengan Tundaan sebesar 34.36 (det/smp) dan biaya kemacetan sebesar Rp. 31.145.155.492/tahun dengan kategori tingkat pelayanan simpang ”D” atau buruk. Sebagai alternatif solusi lanjutan dilakukan analisa kinerja simpang dengan pengadaan underpass dan didapatkan tundaan sebesar 9.06 (det/smp) dan biaya kemacetan sebesar Rp. 14,651,125,923/tahun dengan tingkat pelayanan simpang berada pada kategori ”B” atau baik. Kemudian dilakukan analisa batas layan simpang dengan alternatif solusi 2 didapatkan bahwa simpang dapat beroperasi optimum selama 18 tahun kedepan dengan tundaan sebesar 34.77 (det/smp) dan biaya kemacetan sebesar Rp. 35,375,528,482/tahun.
Published
How to Cite
Issue
Section
Copyright (c) 2021 Darmadi, Lenny Indriyani
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.